
Palangka Raya Semakin KEREN – Industri pariwisata Palangka Raya tengah mengalami evolusi signifikan dari paradigma konvensional menuju pendekatan berbasis pengalaman emosional dan budaya lokal. Transformasi ini menjadi jawaban atas tantangan kompetisi destinasi wisata yang semakin ketat di era digital.(Kamis,21/8/25)
Revolusi Pemasaran Berbasis Emosi dan Budaya
Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kota Palangka Raya kini menerapkan strategi pemasaran inovatif yang menempatkan keunikan budaya Dayak sebagai DNA utama promosi wisata. Pendekatan ini mengacu pada konsep “Experience Economy” yang dikembangkan oleh pakar strategi bisnis B. Joseph Pine II dan James H. Gilmore.
“Kami tidak lagi sekadar menjual destinasi, tetapi menawarkan cerita, emosi, dan pengalaman otentik yang menyentuh jiwa wisatawan,” ujar Taufik Irawan, Kepala Tim Kreatif serta Pengelola Promosi dan Informasi Pariwisata Disparbudpora Palangka Raya.
Konsep ini mengubah paradigma wisatawan dari yang semula hanya sebagai penonton pasif menjadi “pemburu pengalaman” yang mencari keterlibatan personal dan transformasi diri melalui perjalanan wisata.
Strategi Storytelling Menggantikan Hard-Selling
Salah satu inovasi utama adalah penerapan teknik storytelling dalam setiap kampanye promosi. Tim kreatif kini fokus mengangkat narasi “Menyibak Misteri Peradaban Sungai Kahayan” yang menggali filosofi kehidupan komunal dan gotong royong masyarakat Dayak.
“Setiap sudut Palangka Raya memiliki cerita menarik, mulai dari Pasar Kahayan hingga pusat rehabilitasi orangutan di Nyaru Menteng. Tugas kami adalah mengemas cerita-cerita tersebut menjadi narasi yang memukau dan mudah dicerna,” jelas Taufik.
Pendekatan ini terbukti efektif meningkatkan engagement di media sosial dan platform digital, dengan tingkat interaksi yang meningkat hingga 60% dibandingkan metode promosi konvensional.
Sensory Marketing: Menghidupkan Pengalaman Lima Indera
Inovasi lainnya adalah penerapan konsep sensory marketing yang mengoptimalkan pengalaman kelima indera wisatawan. Strategi ini mencakup:
Pengalaman Visual: Wisatawan dapat menikmati pemandangan eksotis klotok tradisional berlatar Sungai Kahayan dengan branding “Kunjungi Palangka Raya, Kota Cantik”.
Pengalaman Audiovisual: Produksi video sinematik berdurasi tiga menit yang menampilkan harmoni budaya Dayak dengan alam Kalimantan Tengah, diiringi musik tradisional sape dan suara alam Taman Nasional Sebangau.
Pengalaman Aromaterapi: Kampanye “aroma kopi lokal” yang memperkenalkan citarasa unik kopi robusta Kalimantan Tengah sebagai bagian dari experience journey wisatawan.
Dr. I Gde Pitana, pakar pariwisata dan antropologi, memberikan apresiasi terhadap pendekatan ini. “Promosi berbasis keindahan visual semata tidak lagi memadai. Wisatawan modern mencari ‘what’s in it for me’ bukan hanya pada level fisik, tetapi juga emosional dan spiritual. Mereka ingin pulang membawa cerita, bukan sekadar foto,” komentarnya.
Community-Based Tourism: Memberdayakan Masyarakat Lokal
Disparbudpora juga mengembangkan model Community-Based Tourism yang mengubah peran masyarakat dari sekadar objek wisata menjadi storyteller dan fasilitator pengalaman. Program ini melatih pemandu wisata lokal untuk menjadi narator yang mampu menghadirkan cerita otentik, bukan sekadar pelengkap seremonial.
“Sanggar seni dan kepala adat kini menjadi pusat atraksi yang otentik. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pengalaman wisatawan tetapi juga memastikan bahwa manfaat ekonomi pariwisata dirasakan langsung oleh masyarakat,” ungkap Taufik.
Model ini telah diimplementasikan di beberapa lokasi pilot, termasuk kawasan Nyaru Menteng dan desa-desa wisata di sepanjang Sungai
Keberhasilan transformasi ini tidak lepas dari kolaborasi strategis antara pemerintah, budayawan, antropolog, sineas, penulis, dan komunitas lokal. Investasi tidak hanya difokuskan pada infrastruktur fisik, tetapi juga pengembangan kapasitas narasi dan pencerahan digital.
“Tujuan akhir pemasaran pariwisata Palangka Raya adalah menarik wisatawan yang tepat—mereka yang menghargai alam, menghormati budaya, dan rela membelanjakan uangnya untuk pengalaman yang berkesan seumur hidup,” tegas Taufik.
Data menunjukkan bahwa sebelum pandemi, kunjungan wisatawan nusantara ke Kalimantan Tengah menunjukkan tren positif. Tantangan utama bukan pada kurangnya potensi, melainkan pada cara mengemas dan menyampaikan nilai unik Palangka Raya kepada target market yang tepat.
Dengan pendekatan baru ini, Disparbudpora optimis dapat meningkatkan daya tarik Palangka Raya sebagai destinasi wisata unggulan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.