
Palangka Raya Semakin KEREN – Sejarah Kota Palangka Raya tidak bisa dilepaskan dari sosok karismatik Ngabe Soekah, seorang tokoh yang dikenal sebagai pemimpin, pejuang, sekaligus pewaris budaya. Nama beliau terus dikenang masyarakat karena kiprah besarnya dalam membangun Kampung Pahandut, yang kini menjadi salah satu kawasan penting dalam sejarah berdirinya Kota Cantik Palangka Raya.(Senin,15/9/25)
Ngabe Soekah merupakan putra dari pasangan Bayuh dan Kambang, keluarga asli Pahandut. Awalnya, kepemimpinan desa diwariskan kepada kakaknya, Jaga. Namun setelah melalui perjalanan hidup yang penuh dinamika, Soekah akhirnya dipercaya masyarakat untuk menjadi pambakal atau kepala desa.
Perjalanan hidupnya tak lepas dari perlawanan terhadap kolonial Belanda. Pada masa mudanya, ia sempat bergabung bersama Temanggung Wangkang dalam Perang Wangkang tahun 1870. Pengalaman perjuangan itu membentuk watak kepemimpinannya yang tegas sekaligus bijaksana. Sekembalinya ke kampung halaman, ia membawa semangat baru dan menjadikan Pahandut sebagai kampung yang maju, aman, dan sejahtera.
Atas kepemimpinannya, pemerintah Hindia Belanda menganugerahkan gelar “Ngabe Anum”. Namun, masyarakat lebih akrab mengenalnya dengan sebutan Ngabe Soekah, sebuah nama yang sarat akan kehormatan.
Sandung Ngabe Soekah, yang kini berdiri kokoh di Jalan Letkol Darmosugondo dan Jalan Dr. Murjani, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah. Lokasi ini dahulu dikenal sebagai Bukit Ngalangkang, tempat berbagai peristiwa penting terjadi, termasuk peresmian Kotapraja Palangka Raya.
Menurut tokoh masyarakat H. Basrin Inin, masa kepemimpinan Ngabe Soekah menjadikan Pahandut sebagai kampung yang ramai dikunjungi, sekaligus tempat yang nyaman dan damai bagi warga. Jejak kepemimpinannya diteruskan oleh cucu-cucunya, termasuk HS. Toendjan yang diangkat sebagai Damang, hingga Willem Dean yang memimpin kampung pada awal abad ke-20.
Kisah Ngabe Soekah tidak hanya menegaskan perannya sebagai pemimpin lokal, tetapi juga sebagai simbol ketangguhan masyarakat Dayak dalam menghadapi perubahan zaman. Warisan nilai kepemimpinan, perjuangan, dan pelestarian budaya yang beliau tinggalkan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Kota Palangka Raya hari ini.